Minggu, 09 Oktober 2011

Arsitektur Tradisiomal Indonesia

Arsitektur Tradisional Banten
Provinsi Banten semula berstatus daerah karesidenan di Provinsi Jawa Barat. Pada tanggal 18 November 2000, Banten resmi menjadi provinsi ke-30 dengan ibukota Serang berdasarkan UU No. 23 tahun 2000. Luas wilayahnya 9.160,70 km², terbagi ke dalam empat kabupaten dan dua kotamadya, yakni Kabupaten Serang, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Tangerang, Kabupaten Lebak, Kotamadya Cilegon, dan Kotamadya Tangerang.

Wilayah Banten terdiri atas dataran tinggi, dataran rendah, dan daerah pantai berawa-rawa. Penduduknya terdiri atas suku-suku: Banten, Sunda, Betawi, dan Baduy. Bahasa yang dipergunakan adalah Sunda-Banten dan Jawa-Banten, sedangkan orang Betawi berbahasa Melayu dialek Betawi. Mata pencaharian masyarakat bertani dan berladang. Sebagian besar penduduknya memeluk agama Islam.
 
Pengaruh Islam yang masuk pada abad ke-16 menjadikan Banten sebagai salah satu kerajaan Islam yang memiliki pusat pelayaran dan perdagangan dengan bandar yang kini dikenal sebagai kota “Banten Lama”. Banten menjadi pusat perdagangan Asia Tenggara dan sebagai pusat perkembangan agama Islam pada masa pemerintahan Sultan Malik Hasanudin dan Sultan Ageng Tirtayasa.

Pengaruh Islam tampak sangat kuat pada kesenian tradisionalnya, misalnya pada rampak bedug. Seni ini memperlihatkan keterampilan dan kelincahan memukul bedug; biasanya dimainkan para gadis dengan menggunakan busana muslimah. Kesenian lain yang bernafaskan Islam adalah mawalan, syaman, terbang gede, beluk, qasidah dan rudat. Selain itu Banten terkenal juga dengan kesenian yang menonjolkan kekebalan misalnya debus yang menggunakan gerakan dasar berupa gerakan silat. Pertunjukan debus memperlihatkan kekebalan tubuh terhadap benda tajam dan panas, di antaranya menusukkan paku besar di perut tanpa meninggalkan bekas di kulit dan memasak di atas kepala. Kesenian khas Banten lainnya antara lain rudat, calung renteng, segeng, dodod, rengkong, angklung buhun, penca gacle, almadad, dan ubrug.

Anjungan Banten akan menampilkan bangunan berciri arsitektur khas Banten, yang di dalamnya akan dipamerkan pakaian adat, senjata tradisional, berbagai hasil seni dan kerajinan, serta benda-benda sejarah. Pada kesempatan tertentu akan digelar berbagai kesenian daerah khas Banten.( Sumber TMII).

Bangunan Tradisional Baduy
Rumah adat Banten adalah rumah panggung yang beratapkan daun atap dan lantainya dibuat dari pelupuh yaitu bambu yang dibelah-belah. Sedangkan dindingnya terbuat dari bilik (gedek). Untuk penyangga rumah panggung adalah batu yang sudah dibuat sedemikian rupa berbentuk balok yang ujungnya makin mengecil seperti batu yang digunakan untuk alas menumbuk beras. Rumah adat ini masih banyak ditemukan di daerah yang dihuni oleh orang Kanekes atau disebut juga orang Baduy.



Arsitektur Tradisional Jawa Barat
Anjungan Jawa Barat menampilkan bangunan utama berupa tiruan Kompleks Keraton Kasepuhan Cirebon yang sekaligus menjadi pusat di Anjungan Jawa Barat. Aslinya, Keraton Kasepuhan didirikan pada 1529 oleh Raden Sepet dari Majapahit.

Di samping itu, Anjungan Jawa Barat menampilkan bangunan pelengkap keraton berupa bangunan untuk penyajian musik selamat datang (ajeng), pos penjagaan (lunjuk) yang difungsikan sebagai kantor, ruang tunggu (srimenganti), tempat salat (langgar alit), ruang pertemuan (jinem arum) yang difungsikan sebagai kantin dengan menjual makanan khas Jawa Barat, tempat tinggal para putri sultan (kaputren) yang difungsikan sebagai ruang audiovisual dan perpustakaan, tempat tinggal para putra sultan (kaputran) yang difungsikan sebagai wisma seni, serta rumah tradisional berbentuk rumah panggung dengan dinding anyaman bambu (bilik) lengkap dengan peralatan rumah tangga.

Sebelum masuk ke dalam kompleks anjungan, pengunjung disambut oleh lambang Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan dua buah kujang—senjata tradisional khas Jawa Barat. Setelah melewati pintu gerbang candi belah (candi bentar), pengunjung akan merasakan suasana alam pasundan yang indah dan sejuk.

Bangunan induk Keraton Kasepuhan di Anjungan Jawa Barat terdiri atas empat ruangan dengan fungsi masing-masing. Ruang pertama adalah pendapa (jinem pangrawit); aslinya berfungsi sebagai tempat pengawal kerajaan berkumpul, sedang di Anjungan Jawa Barat berfungsi sebagai tempat pementasan seni musik (kecapi, suling, dan degung) untuk penyambutan pengunjung dan pada saat tertentu digunakan untuk pameran dan peragaan kerajinan tangan. Ruang kedua adalah Ruang Pringgodani, yakni tempat sultan mengadakan pertemuan dengan para staf; sedang di Anjungan Jawa Barat digunakan untuk tempat pameran dan latihan kesenian. Ruang ketiga adalah bangsal Prabayaksa, tempat sultan menerima tamu penting, di Anjungan Jawa Barat digunakan untuk peragaan pakaian tradisional, alat musik tradisional (degung), angklung, wayang golek, dan pameran kerajinan se-Jawa Barat, beberapa macam pakaian pengantin Sunda Parahyangan dan Sumedang, pakaian klasik, pakaian adat, dan kreasi baru, seperti baju kamper, pangsi, dan jas tutup. Ruang keempat adalah Ruang Panembahan, yakni tempat sultan bekerja dan beristirahat pada siang hari. Ruangan ini diatur sebagaimana aslinya, sehingga dapat disaksikan sejumlah pusaka, payung kebesaran, dan selendang sembilan warna yang melambangkan sembilan wali agama Islam, di antaranya gambar Sunan Gunung Jati di sudut ruangan.

Bangunan utama dilengkapi taman dengan kolam dan air terjun yang menggambarkan panorama Gunung Tangkuban Perahu dan miniatur persawahan untuk menunjukkan keindahan alam Jawa Barat; di samping belakang bangunan utama terdapat panggung berbentuk tapal kuda dengan kolam ikan di tengah sebagai pemisah antara panggung dan tempat duduk penonton. Setiap hari Minggu dan libur di panggung ini digelar seni tradisional berupa tari-tarian, seni suara, dan sekali waktu diperagakan pula beberapa upacara adat dari berbagai daerah di Jawa Barat.

Beberapa tamu negara yang pernah mengunjungi Anjungan Jawa Barat adalah Nyonya Betty Ford, Menteri Pertahanan Australia, Kasal Thailand, Menteri Pertahanan India, Presiden Yugoslavia dan Perdana Menteri Kanada.

Rumah adat yang terdapat di Provinsi Jawa Barat sangatlah beragam. Hal tersebut terlihat dari atapnya yang beragam dimana dalam bahasa sunda disebut 'suhunan' atau 'hateup'.

Hal tersebut disebabkan karena setiap bentuk atap memiliki arti yang berbeda-beda. Tapi pada intinya, semua penanaman ini dibuat untuk menghormati alam dan sekitarnya.

Uniknya rumah adat sunda ini sangat tradisional dengan memanfaatkan hasil dari alam sekitar. Seperti atap yang menggunakan daun kelapa, ijuk, atau daun rumia. Untuk menguatkan antar tiang digunakan paseuk yang terbuat dari bambu.

Jenis-jenis rumah adat di Jawa barat antara lain:
  • Jolopong: Bentuk atapnya memanjang seperti pelana. Orang zaman dalu sering menyebutnya gagajahan atau regol.
  • Tagog Anjing: Biasanya disebut juga atap rumah jogog. Bentuknya seperti seekor anjing yang sedang dalam posisi duduk. Bagian depan dari atap ini seperti mulut anjing, menjulur menutupi bagian teras rumah sehingga meneduhi bagian depan dari bangunan tersebut.
  • Badak Heuay: Biasanya bentuk atap kurang lebih mirip dengan atap togog, namun di bagian atas atapnya ada tambahan atap depan dan belakang, sehingga mirip dengan seekor badak yang sedang menguap.
  • Perahu Kemureb (Nangkub): Sebagian orang ada yang menyebutnya 'suhuna jubleg nangkub'. Bentuknya seperti perahu yang terbalik, dalam bahasa sunda disebut nangkub.
  • Capit Gunting: Atap jenis ini di setiap bagian ujung ditambahkan ornamen kayu mirip gunting yang siap menggunting dengan mencapit. Oleh karena itu pula sebagian orang menyebutnya 'srigunting'.
  • Buka Palayu: Susunan atapnya hampir mirip dengan rumah adat Betawi. Rumah jenis ini biasanya dilengkapi dengan teras yang panjang di bagian depannya.
  • Buka Pongpok: Bentuknya hampir mirip dengan atap buka palayu. Perbedaanya terletak pada bagian pintunya yang diarahkan langsung ke bagian jalan.
  • Julang Ngapak: Bentuknya mirip dengan seekor burung yang sedang terbang ke langit. Jika dilihat dari depan, atap bagian kiri dan kanannya mirip dengan sayang burung yang sedang terlentang. Di bagian paling atas di empat penjuru bersambung antara satu dengan yang lainnya dari pinggir lalu turun ke bawah. Di bagian tengahnya ada sambungan menggunakan tambahan mirip gunting yang membuka di bagian puncaknya.
Read More... Arsitektur Tradisiomal Indonesia

Kamis, 06 Oktober 2011

Jaringan Komputer

Tentang Jaringan Komputer

Jaringan komputer (jaringan) adalah sebuah sistem yang terdiri atas komputer-komputer yang didesain untuk dapat berbagi sumber daya (printer, CPU), berkomunikasi (surel, pesan instan), dan dapat mengakses informasi(peramban web). Tujuan dari jaringan komputer adalah
Agar dapat mencapai tujuannya, setiap bagian dari jaringan komputer dapat meminta dan memberikan layanan (service). Pihak yang meminta/menerima layanan disebut klien (client) dan yang memberikan/mengirim layanan disebut peladen (server). Desain ini disebut dengan sistem client-server, dan digunakan pada hampir seluruh aplikasi jaringan komputer.
Dua buah komputer yang masing-masing memiliki sebuah kartu jaringan, kemudian dihubungkan melalui kabel maupun nirkabel sebagai medium transmisi data, dan terdapat perangkat lunak sistem operasi jaringan akan membentuk sebuah jaringan komputer yang sederhana. Apabila ingin membuat jaringan komputer yang lebih luas lagi jangkauannya, maka diperlukan peralatan tambahan seperti Hub, Bridge, Switch, Router, Gateway sebagai peralatan interkoneksinya

Jaringan Komputer Sistem Thin PC
Jaringan ini adalah sebuah jaringan di mana dalam sebuah satu Server yang terhubung dengan beberapa Client, hanya dibutuhkan satu Server (1 CPU) yang dapat melayani beberapa monitor (Client) tanpa menggunakan CPU. Jaringan ini cukup ekonomis bila dibandingkan dengan Sistem biasanya. Karena alat ini bisa mewakili VGA, yang isinya persis sama, baik program maupun kecepatannya dengan komputer SERVER.
Contoh alat Thin Visi :

Alat ini hanya memiliki daya listrik sebesar 15 watt saja. Jauh lebih hemat bila dibandingkan dengan komputer client yang menggunakan CPU. Jadi alat ini dihubungkan ke Komputer server sebagaimana mestinya menggunakan client CPU biasa. Setting IP nya juga tidaklah jauh berbeda. 1 komputer Server dengan Program Operating System Windows XP, dapat melayani maksimal 10 Client saja. Namun dengan OS Linnux dapat lebih besar yaitu dapat melayani 30 lebih client.


Pada gambar di atas menunjukkan kehematan ruang kerjapun akan lebih leluasa. Cocok apabila digunakan di laboratorium komputer, ataupun di kantor perusahaan yang memerlukan pertukaran data secara cepat. Kalau Anda minat dengan alat ini, plus pemasangannya Kirim e-mail ke : inoarchi@ymail.com



Read More... Jaringan Komputer

Kurikulum Karakter